Menyambut Ramadhan 1446 H: Momentum Penyucian Diri dan Penguatan Iman

Safi Insight39 Dilihat

Oleh: Ustadz Abie Ikhwan, S.Pd.I., M.Si
Direktur SAFI Institute (Center for Study of Islamic Thought And Sufism)

Bulan Ramadhan 1446 H kembali hadir sebagai tamu agung bagi seluruh kaum Muslimin. Ia bukan sekadar bulan biasa, tetapi merupakan momentum istimewa untuk menyucikan diri dan memperkuat keimanan. Allah SWT telah menetapkan bulan Ramadhan sebagai bulan yang penuh berkah, ampunan, dan pembebasan dari api neraka. Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an:

شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًۭى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍۢ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ ۚ
(Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang benar dan yang batil). (QS. Al-Baqarah: 185).

Momentum Penyucian Diri

Ramadhan adalah waktu terbaik bagi seorang Muslim untuk menyucikan hati, pikiran, dan perbuatan dari dosa-dosa yang telah lalu. Salah satu bentuk penyucian diri adalah melalui puasa, yang bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga mengontrol hawa nafsu dan perilaku. Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
(Barang siapa berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu). (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam teori penyucian jiwa (tazkiyatun nafs), Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa manusia harus melalui tiga tahapan: takhalli (mengosongkan diri dari sifat buruk), tahalli (menghiasi diri dengan sifat baik), dan tajalli (mendapatkan cahaya keimanan yang sempurna). Ramadhan menjadi waktu terbaik untuk menjalankan tahapan-tahapan ini, mulai dari meninggalkan kebiasaan buruk, memperbanyak ibadah, hingga mencapai ketakwaan yang hakiki.

Penguatan Iman melalui Ibadah

Selain berfungsi sebagai penyucian diri, Ramadhan juga menjadi sarana penguatan iman. Seluruh amalan yang ditekankan di bulan ini, seperti puasa, shalat tarawih, tilawah Al-Qur’an, dan sedekah, bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan. Allah SWT berfirman:

Baca Juga:  Hardiknas di Tengah Krisis Moral dan Literasi

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
(Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa). (QS. Al-Baqarah: 183)

Puasa tidak hanya sekadar ritual ibadah, tetapi juga memiliki nilai spiritual dan sosial yang tinggi. Secara spiritual, puasa membentuk pribadi yang sabar, ikhlas, dan penuh syukur. Secara sosial, puasa mengajarkan kepedulian terhadap sesama, terutama mereka yang kurang mampu.

Menyambut Ramadhan 1446 H hendaknya bukan hanya sekadar rutinitas tahunan, tetapi harus menjadi momentum refleksi dan perbaikan diri. Kita perlu mempersiapkan diri lahir dan batin agar mampu meraih kemuliaan bulan ini. Sebagaimana pesan Rasulullah SAW:

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ، وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
(Apabila Ramadhan tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu). (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka, marilah kita manfaatkan bulan suci ini sebagai sarana untuk membersihkan hati, memperkuat keimanan, dan meningkatkan kualitas ibadah kita. Semoga Ramadhan kali ini menjadi titik awal perubahan yang lebih baik dalam kehidupan kita. Aamiin.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed