Refleksi 8 Dekade Kemerdekaan: Dari Perjuangan ke Percepatan Transformasi Bangsa

Politik47 Dilihat

Oleh: Hilman, S.Pd.I., M.M.Pd
Direktur IQTISHAF
Institute For Islamic Heritage And Thought Studies Darusyifa

 

Delapan dekade bukanlah waktu yang pendek. Usia 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia menuntut kita untuk tidak sekadar bersorak dalam euforia perayaan, tetapi merenung: sudah sejauh mana kemerdekaan ini dimaknai, dijaga, dan diarahkan sesuai cita-cita luhur para pendiri bangsa?

Kemerdekaan Indonesia bukanlah hadiah dari penjajah. Ia diraih dengan darah, air mata, dan pengorbanan tak terhitung dari para syuhada kemerdekaan. Namun, lebih dari itu, kemerdekaan adalah amanah sejarah. Ia bukan titik akhir, melainkan titik tolak untuk melaksanakan tanggung jawab besar: membangun peradaban.

Dalam sejarahnya, bangsa Indonesia pernah melalui perjuangan fisik yang berat. Penjajahan kolonial mengoyak kedaulatan bangsa selama ratusan tahun. Namun hari ini, kita menghadapi bentuk penjajahan yang lebih halus dan berbahaya: penjajahan budaya, intelektual, dan moral.

Baca Juga:  Forum Kajian Remaja Islam Karangtengah Gelar Musyawarah ke-II, Rapi Akbar Terpilih Nahkodai Masa Jihad 2025-2026

Generasi muda Indonesia kini dihadapkan pada tsunami informasi, krisis identitas, serta infiltrasi nilai-nilai asing yang kerap dikemas atas nama kemajuan. Maka, sebagaimana dahulu para pahlawan mengangkat senjata, kini bangsa ini membutuhkan pahlawan-pahlawan yang mengangkat pena, suara hati, dan nalar jernih untuk melawan dekadensi dan disorientasi arah bangsa.

80 Tahun: Apakah Kita Sudah Merdeka Sepenuhnya?

Sebuah pertanyaan yang harus terus digugat adalah: apakah bangsa Indonesia sudah benar-benar merdeka? Merdeka dalam menentukan arah pendidikan nasional? Merdeka dalam mengelola kekayaan alam sendiri? Merdeka dari ketergantungan asing dalam hal teknologi dan industri?

Kenyataan bahwa banyak kebijakan strategis negeri ini masih dipengaruhi kepentingan global menunjukkan bahwa kemerdekaan kita belum sepenuhnya substantif. Kemerdekaan sejati adalah ketika bangsa ini berdiri di atas kaki sendiri, mandiri secara politik, ekonomi, dan budaya.

Transformasi Bangsa Harus Berbasis Filsafat Hidup yang Jelas

Percepatan transformasi bangsa di era globalisasi tidak bisa dilepaskan dari fondasi filosofis yang kokoh. Bangsa yang tidak memiliki arah hidup yang jelas akan mudah terombang-ambing dalam pusaran ideologi global.

Di sinilah pentingnya menghidupkan kembali nilai-nilai Pancasila sebagai panduan hidup berbangsa. Namun, bukan Pancasila yang sekadar dihafal dan dijadikan jargon, melainkan Pancasila yang diinternalisasi dalam seluruh kebijakan, kurikulum, dan budaya masyarakat.

Sebagaimana digariskan oleh para pendiri bangsa, Pancasila lahir dari akar peradaban bangsa yang sarat nilai religius, terutama nilai-nilai keislaman yang menjadi jiwa mayoritas rakyat Indonesia. Maka, mempercepat transformasi bangsa berarti memperkuat kembali nilai spiritual dan etika dalam setiap lini kehidupan nasional.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed