Refleksi 8 Dekade Kemerdekaan: Dari Perjuangan ke Percepatan Transformasi Bangsa

- Penulis

Sabtu, 2 Agustus 2025 - 08:06 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hilman, S.Pd.I., M.M.Pd
Direktur IQTISHAF
Institute For Islamic Heritage And Thought Studies Darusyifa)

i

Hilman, S.Pd.I., M.M.Pd Direktur IQTISHAF Institute For Islamic Heritage And Thought Studies Darusyifa)

Pembangunan Tidak Hanya Fisik, Tapi Juga Akhlak

Seringkali kemajuan sebuah bangsa diukur dari pertumbuhan ekonomi, pembangunan infrastruktur, dan kemajuan teknologi. Namun, bangsa besar adalah bangsa yang menjaga akhlaknya. Tanpa fondasi moral yang kuat, seluruh kemajuan hanya akan menjadi ilusi semu yang mudah runtuh.

Delapan dekade kemerdekaan ini harus menjadi momen untuk merevitalisasi pendidikan akhlak dan karakter, terutama di lembaga pendidikan. Kita tidak butuh sekadar generasi cerdas, tapi juga generasi yang amanah, jujur, dan punya komitmen kebangsaan yang utuh.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Saatnya Transformasi Berbasis Nilai, Bukan Sekadar Angka

Kebijakan pembangunan nasional yang hanya mengejar target angka—seperti pertumbuhan ekonomi, daya saing digital, atau jumlah investasi—akan hampa jika tidak disertai transformasi berbasis nilai. Indonesia memerlukan pembangunan berbasis integritas, keadilan sosial, dan keseimbangan antara kemajuan lahir dan batin.

Sejarah mengajarkan bahwa negara-negara besar yang runtuh bukan karena kekurangan harta atau senjata, melainkan karena hilangnya ruh bangsa mereka sendiri.

Baca Juga:  Unifying the World Through Soccer: The Global Impact of the World Cup

Delapan puluh tahun adalah fase kematangan sejarah. Bangsa ini tidak lagi boleh gamang dan reaktif. Ia harus proaktif dalam menentukan arah masa depan. Menuju 100 tahun Indonesia merdeka, kita harus menyiapkan peta jalan transformasi yang bukan hanya modern, tapi juga bermartabat dan berakar pada jati diri bangsa.

Sebagaimana pernah ditegaskan oleh Buya Hamka:

“Kalau hidup sekadar hidup, babi di hutan pun hidup. Tapi hidup yang berarti adalah hidup untuk memperjuangkan nilai-nilai.”

Semoga di usia 80 tahun ini, Indonesia tidak sekadar merdeka secara formal, tetapi benar-benar merdeka secara spiritual, intelektual, dan moral. Sebab hanya bangsa yang beradab, yang mampu berdiri tegak di hadapan sejarah dan masa depannya sendiri. (*)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Follow WhatsApp Channel jabar60detik.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Unifying the World Through Soccer: The Global Impact of the World Cup
The Changing Face of America: How Demographic Shifts are Reshaping the Nation
Ini Dia Hubungan Partai Garuda dengan Gerindra
Strategi PPP Menangkan Duet Ganjar dan Gus Yasin
Berita ini 2 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 2 Agustus 2025 - 08:06 WIB

Refleksi 8 Dekade Kemerdekaan: Dari Perjuangan ke Percepatan Transformasi Bangsa

Kamis, 30 Maret 2023 - 20:15 WIB

Unifying the World Through Soccer: The Global Impact of the World Cup

Selasa, 28 Maret 2023 - 22:13 WIB

The Changing Face of America: How Demographic Shifts are Reshaping the Nation

Senin, 19 Februari 2018 - 21:01 WIB

Ini Dia Hubungan Partai Garuda dengan Gerindra

Senin, 19 Februari 2018 - 20:52 WIB

Strategi PPP Menangkan Duet Ganjar dan Gus Yasin

Berita Terbaru