GARUT, JABAR 60 DETIK – Di tengah derasnya arus modernisasi dan perubahan sosial, masih ada suara yang berusaha menjaga denyut tradisi. Di Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Garut, suara itu muncul dari bilah-bilah bambu yang ditiup lembut: karinding—alat musik tradisional Sunda yang telah hidup berabad-abad lamanya.
Namun, bukan seniman atau budayawan biasa yang menghidupkannya kembali, melainkan seorang pendamping Program Keluarga Harapan (PKH), Nanang S.Pd.i, yang juga dikenal sebagai pelestari karinding di wilayah tersebut. Di luar tugasnya sebagai SDM PKH Kab Garut, Nanang S.Pd.I meluangkan waktu untuk mengenalkan karinding kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH di wilayah Kec.Karang Tengah Garut.
Tak hanya mengenalkan, Nanang melatih langsung para KPM untuk memainkan karinding, memahami makna filosofisnya, dan merasakan nilai-nilai yang terkandung di dalam seni tersebut: kesederhanaan, kesabaran, dan keharmonisan dengan alam.
Dari semangat itu, lahirlah sebuah komunitas bernama KAGARAP (Karinding Keluarga Harapan)—wadah yang menggabungkan nilai budaya dan nilai sosial pemberdayaan. KAGARAP bukan sekadar kelompok musik, tetapi menjadi ruang ekspresi, penguatan karakter, dan kebersamaan bagi para KPM PKH yang selama ini lebih sering dikenal sebagai penerima bantuan.
“Kami ingin membuktikan bahwa KPM juga bisa berkarya, bisa ikut menjaga budaya, dan bisa jadi inspirasi bagi yang lain,” ujar Nanang saat ditemui dalam salah satu sesi latihan rutin KAGARAP (Karinding Keluarga Harapan).
Di kesempatan lain di hubungi melalui seluler nya Mendapat sambutan hangat dan dukungan penuh dari salah satu Korkab PKH Kab Garut Mubaraq Ahmad, M.M. Menurut Korkab, inisiatif seperti ini adalah contoh konkret dari bagaimana pendekatan pemberdayaan sosial bisa dilakukan secara kreatif dan kontekstual.
“PKH bukan hanya tentang bantuan sosial, tapi juga tentang bagaimana kita membangun manusia dan komunitasnya. Apa yang dilakukan Nanang S.Pdi dan KAGARAP ini luar biasa. Karinding menjadi media pemberdayaan yang khas dan bermakna. Ini perlu dikembangkan,” tutur Korkab PKH Garut dalam tanggapan nya.
Korkab juga mengupayakan agar kegiatan KAGARAP bisa difasilitasi lebih lanjut, termasuk dengan memberikan panggung dalam kegiatan tingkat kecamatan dan kabupaten. Harapannya, KAGARAP bisa tampil tidak hanya sebagai kelompok seni, tetapi sebagai wajah baru dari KPM PKH yang berdaya, percaya diri, dan bangga akan budaya sendiri.
Melalui KAGARAP, PKH Garut membuktikan bahwa pelestarian budaya dan program sosial bisa bersinergi. Tradisi tidak harus terasing di tengah program pembangunan. Justru, budaya lokal seperti karinding bisa menjadi jembatan yang menghubungkan nilai-nilai leluhur dengan semangat pemberdayaan masa kini.
Suara karinding yang lembut kini tak hanya mengalun di saung-saung budaya, tapi juga di hati para KPM yang mulai menemukan harapan baru lewat nada-nada bambu. Mereka tak hanya belajar memainkan alat musik, tapi juga belajar memainkan peran baru dalam hidup mereka—sebagai bagian dari masyarakat yang berdaya dan menjaga jati dirinya. (*)